PEMBIBITAN MANGROVE
Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan cara menanam langsung buah mangrove (propagul) ke areal penanaman dan
melalui persemaian bibit. Penanaman secara langsung tingkat kelulushidupannya rendah
(sekitar 20-30 %). Hal ini karena pengaruh arus laut pada saat pasang dan
pengaruh predator. Sedangkan dengan cara persemaian dan pembibitan, tingkat kelulushidupannya
relatif tinggi (sekitar 60-80%).
A. Penyiapan buah (propagul)
Propagul mangrove diusahakan berasal dari lokasi
setempat atau lokasi terdekat. Buah dapat diperoleh dengan cara mengambil
buah-buah yang telah jatuh atau memetik langsung dari pohonnya. Sebaiknya,
pengumpulan buah dilakukan secara berulang dengan interval waktu tertentu. Pada
saat memetik buah secara langsung dari pohon induknya harus dilakukan secara
hati-hati, jangan sampai bunga dan buah yang belum matang berjatuhan.
Untuk memperoleh buah yang baik, dapat dilakukan antara
bulan September sampai dengan Maret. Seleksi buah tergantung pada karakteristik
jenisnya. Namun biasanya, buah dipilih berasal dari buah yang matang, sehat,
segar dan bebas dari hama.
Ciri kematangan dapat dilihat dari warna kotiledon,
warna hipokotil, berat buah atau ciri lainnya. Sebelum digunakan untuk
pembibitan, buah dapat disimpan sementara waktu. Buah dimasukkan dalam ember
atau bak yang berisi air penuh, dengan posisi tegak, dan diletakkan di tempat
yang terlindung dari sinar matahari. Lama penyimpanan maksimal adalah 10 hari.
B. Pembibitan
Berikut ini diterangkan mengenai bagaimana tata cara
pembibitan beberapa jenis mangrove
a. Rhizophora spp
Buah yang digunakan untuk pembibitan, sebaiknya
dipilih dari pohon mangrove yang berusia diatas 10 tahun. Buah yang baik,
dicirikan oleh hampir lepasnya hipokotil dari buahnya. Buah yang sudah matang
dari Rhizophora spp, dicirikan dengan
warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning
atau merah.
Media yang digunakan untuk pembibitan adalah
sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik
pohon induknya. Media dibiarkan selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu
lembek. Media tanam yang sudah disediakan, dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam
(polibag) berukuran lebar 12 cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi lubang
keci-kecil kurang lebih 10 buah.
Buah disemaikan masing-masing 1 buah dalam setiap polibag.
Buah ditancapkan kurang lebih sepertiga dari total panjangnya (± 7 cm). Setiap
6-10 benih, diikat menjadi satu agar tidak mudah rebah, ikatan dibuka setelah
daun pertama keluar. Daun pertama akan keluar setelah 1 bulan, daun ketiga akan
keluar setelah 3 bulan.
b. Bruguiera spp
Buah dipilih dari pohon yang berumur antara 5-10
tahun. Buah dipilih yang sudah matang dicirikan oleh hampir lepasnya batang
buah dari bonggolnya dan warna hipokotil merah kecoklatan atau hijau kemerahan.
Buah yang terkumpul tidak perlu dicuci dengan air
tapi cukup dibersihkan dengan lap dan dipilih buah yang seagar, sehat, bebas
hama dan penyakit, belum berakar dan panjang hipokotilnya 10-20 cm. Kelopak buah
jangan dicabut atau dilepaskan dengan paksa karena dapat merusak buah. Media
yang digunakan untuk pembibitan sama dengan Rhizophora
spp.
Semua pekerjaan selalu dilakukan di bawah naungan (tidak
mendapat sinar matahari secara langsung), supaya buah tidak kering. Sebelum
penyemaian, polibag dibiarkan tergenang oleh pasang. Penyemaian dilakukan pada
awal pasang purnama, dimana penggenangnya dapat mencapai hipokotil benih.
Penyemaian Bruguiera spp seperti pada
Rhizophora spp, tetapi tidak usah
diikat.
a. Ceriops spp
Ciri kematangan buah adalah kotiledon berwarna
kuning dengan panjang kotiledon 1 cm atau lebih dan hipokotil berwarna hijau
kecoklatan. Buah yang terkumpul dicuci bersih dan buahnya dilepas. Kemudian,
dipilih benih yang panjang hipokotilnya 20 cm atau lebih. Penyiapan media untuk
Ceriops spp sama dengan penyiapan
media semai Rhizophora spp.
Penyemaian benih Ceriops spp sama
dengan Bruguiera spp.
b. Excoecaria spp
Warna buah dari Excoecaria
spp yang telah matang adalah kuning kecoklatan. Buah berbentuk bulat
kecil-kecil dan akan jatuh setelah matang. Biji dipilih yang padat dan
mempunyai diameter 3 mm atau lebih. Media yang digunakan untuk pembibitan sama
dengan Rhizopora spp.
Excocaria spp pembibitannya tidak langsung dilakukan pada polibag.
Biji dari Excoecaria spp ditebar di
parit yang berisi media dan terlindung dari cahaya matahari secara langsung.
Parit dibuat di darat untuk menghindari biji terbawa arus. Setelah daun Excoecaria spp tumbuh 3-5 buah, bibit
bisa dicabut dan dipindahkan ke polibag. Setiap satu polibag ditanami satu
bibit.
c. Avicennia spp
Ciri kematangan buah adalah warna kulit buah
kekuningan, dan kadang kulit buah sedikit terbuka. Buah yang sudah matang mudah
terlepas dari kelopaknya. Buah dilepas dari kelopaknya dan dipilih benih yang
bebas hama dan beratnya 1,5 gram atau lebih. Setelah kelopak dilepas, buah
direndam dalam air selama satu hari agar terkelupas kulitnya. Buah yang belum
terkelupas kulitnya, dapat dikupas dengan tangan. Kemudian, buah dipindahkan ke
dalam ember berisi air payau yang bersih. Penyiapan media semai Avicennia spp tidak berbeda dengan Rhizophora spp. Polibag disiram hingga
cukup basah, barulah dilakukan persemaian. Benih disemaikan masing-masing satu
buah dalam satu polibag, dengan cara ditancapkan kurang lebih sepertiga panjang
benih ke dalam tanah/media.
C. Persemain bibit mangrove
1. Pemilihan tempat
Tempat yang akan digunakan untuk persemaian bibit
dipilih lahan yang lapang dan datar. Jaraknya dengan lokasi tanam diusahakan
sedekat mungkin supaya lebih efektif dalam pengangkutan bibitnya. Lahan yang
digunakan untuk pembibitan harus terendam saat air pasang dengan frekuensi
lebih kurang 20-40 kali/bulan, sehingga tidak memerlukan penyiraman.
2. Pembuatan bedeng persemaian
Bedeng dibuat dari bambu yang kuat. Ukuran bedeng
disesuaikan dengan kebutuhan. Umumnya berukuran 1×5 m atau 1×10 m dengan tinggi
1,5–2 m. Bedeng diberi naungan ringan dari daun nipah, kelapa, ijuk, rumbia,
alang-alang atau sejenisnya. Media (dasar) bedeng adalah tanah lumpur di daerah
sekitarnya. Di atas media (dasar) dilapisi plastik yang tebal untuk mencegah
agar akar tidak menembus ke dalam tanah. Bila dibuat lebih dari 1 bedeng,
bedeng satu dengan bedeng lainnya diberi jarak setengah meter, yang digunakan
sebagai jalan kerja. Untuk mempermudah jalan, di sekitar bedeng dibuat
jembatan. Bedeng berukuran 1×5 m dapat menampung bibit dalam
polibag ukuran 10×50 cm atau dalam botol air minuman bekas (500 ml) sebanyak
1200 bibit, atau sebanyak 2250 unit untuk bedeng berukuran 1×10 m.